IMPLEMENTASI
IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN
A. Pengertian Iman
Menurut bahasa iman berarti membenarkan,
sedangkan menurut syara’ berarti membenarkan denagn hati, dalam arti menerima
dan tunduk kepada hal-hal yang diketahui berasal dari Nabi Muhamad. Dengan
demikian Iman kepada Allah berati iman atau percaya bahwa Allah satu-satunya
dzat yang mencipta, memelihara, menguasai, dan mengatur alam semesta. Iman
kepada keesaan Allah juga berarti iman atau yakin bahwa hanya kepada Allah-lah
manusia harus betuhan, beribadah memohon pertolongan, tunduk, patuh, dan
merendahkan diri. Selain itu iman kepada keesaan Allah juga berarti mempercayai
bahwa Allah-lah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat
tercela atau dari segala kekurangan.Iman tidak cukup disimpan didalam hati.
Iman harus dilahirkan dalam bentuk perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal
sholeh atau perilaku yang baik. Disamping itu, pengertian tersebut juga membawa
makna bahwa iman tidak sekedar beriman kepada apa yang disebutkan di dalam
“rukun iman” saja, yaitu iamn kepada Allah, iamn kepada malaikat-malaikat-Nya,
iman kepada hari akhir, dan iamn kepada qadha’ dan qadar, tetapi lebih dari
itu, cakupan iman meliputi pengimanan terhadap segala hal yang dibawa oleh Nabi
Muhammad selain rukun iman tersebut. Misalnya, iman terhadap kewajiban sholat,
zakat, puasa, haji, dan juga tentang halal haramnya sesuatu.
B.
Pengertian taqwa
Menurut imam ghozali : Taqwa di dalam Al qur’an disebut dalam
tiga pengertian
Pertama : takut dan malu.
Pertama : takut dan malu.
Kedua :
taat dan beribadah.
Ketiga :Membersihkan hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.
Ketiga :Membersihkan hati dari dosa, dan yang terakhir adalah taqwa yang sejati.
Demikianlah pengertian taqwa menurut imam
ghozali. Secara umum, taqwa adalah perkataan yang mengungkapakn penghindaran
diri dari kemurkaan Allah SWT dan Siksa-Nya. Yakni dengan melaksanakan apa yang
diperintah-Nya dan menahan diri dari melakukan segala larangan-Nya. Hakikat
taqwa ialah tuhan melihat kehadiranmu dimana DIA telah melarangmu. Tuhan tidak
kehilangan kamu dimana DIA telah memerintahkanmu.
C.
Pemantapan Iman dan Takwa
Masa depan ditentukan oleh umat yang memiliki
kekuatan budaya yang
dominan. Generasi pelopor penyumbang dibidang pemikiran
(aqliyah), dan pembaruan (inovator), perlu dibentuk di era pembangunan. Keunggulan
generasi pelopor akan di ukur ditengah masyarakat dengan pengetahuan dan
pemahaman (identifikasi) permasalahan yang dihadapi umat,
dengan equalisasi mengarah kepada kaderisasi (patah tumbuh
hilang berganti). Keunggulan ini di iringi dengan kemampuan penswadayaan
kesempatan-kesempatan. Pentingnya menumbuhkan generasi pelopor
menjadi relevansi tuntutan agama dalam menatap kedepan.
Mantapnya
pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam perilaku
seharian jadi landasan dasar kaderisasi re-generasi.Usaha kearah
pemantapan metodologi pengembangan melalui program pendidikan dan pelatihan,
pembinaan keluarga, institusi serta lingkungan mesti sejalin dan
sejalan dengan pemantapan Akidah Agama pada generasi
mendatang. Political action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi
sumber kekuatan besar menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif,
dimana umat berperan sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.
Pemberdayaan
lembaga adat, agama, perguruan tinggi, untuk meraih keberhasilan, mesti sejalan
dengan kelompok umara’ yang adil (kena pada
tempatnya). Pertemuan pendapat ilmuan dan para pengamat melalui
dialog, penekanan amanah kepada pemegang kendali ekonomi, menyatukan gerak
masyarakat disertai do’a (harapan) sebagai perpaduan usaha, menjadi pekerjaan
mendesak meniti pengembangan pembangunan (development). Peran da’i
ilaa Allah aktif menyokong mempertahankan nilai-nilai ruhaniyah sebagai
modal dalam menghasilkan yang belum dimiliki. Generasi pelopor (inovator)
pembangunan harus dipersiapkan supaya tidak lahir generasi
pengguna (konsumptif) yang tidak produktif, yang merupakan benalu bagi
bangsa dan negara.
D.
Amalan taqwa
Amalan taqwa bukan sebatas apa yang terkandung
di dalam rukun islam, seperti syahadat, sholat, zakat, dan haji saja. Bukan
sebatas membaca Al qur’an atau berwirid dan berzikir. Amalan taqwa juga tidak
dimasjid saja. Amalan taqwa adalah apa saja amalan dan perbuatan didalam
kehidupan yang dilandaskan syariat, baik itu fardhu, wajib, sunah, mubah, atau
apa saja amalan dan perbuatan yang dijauhi dan ditinggalkan baik itu haram dan
makruh.
Ini termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan baik dalm kehidupan keseharian, dalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, kenegaraan, kebudayaan, manajemen, kesehatan dan sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan itu terkait dan Karen a Allah, maka itu taqwa. Sedangkan amalan yang tidak terkait dan tidak ilakukan karena Allah, tiu adalah amalan yang tidak ada nyawa, jiwa, atau rohnya dan ia tidak ada nilainya di sisi-Nya.Begitu pentingnya ketaqwaan bagi seorang muslim, sehingga derajat seorang manusia ditentukan oleh kadar ketaqwaannya kepada Allah. Mulia atau tidaknya seorang manusia bukan ditentukan oleh banyaknya harta yang dimiliki atau jabatan yang di duduki. Tidak mustahil jika ada seseorang, jabatannya tinggi, hartanya melimpah, dipuji oleh manusia, tetapi karena tidak bertaqwa kepada Allah maka ia pun tidak memiliki derajat bahkan hina dihadapan Allah SWT. sebaliknya, seorang pemulung yang dicaci dan hina dihadapan manusia, jika bertaqwa maka ia memiliki derajat yang mulia dihadapan Allah SWT. derajatnya melebihi seorang pejabat yang dipuji ternyata korupsi. Berbicara juga dapat menjadi taqwa kalau apa yang di bicarakan itu adalah ilmu, nasihat atau perkara-perkara yang baik, dan manfaat, dan dilakukan karena Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa kalau diam itu untuk mengelakkan dari berkata-kata yang maksiat dan sia-sia atau supaya tidak menyakiti hati orang dan dilakukan karena takut kepada Allah.
Ini termasuklah segala perkara yang berlaku dalam kehidupan baik dalm kehidupan keseharian, dalam bidang ekonomi, pembangunan, pendidikan, kenegaraan, kebudayaan, manajemen, kesehatan dan sebagainya. Asalkan yang dilakukan atau ditinggalkan itu terkait dan Karen a Allah, maka itu taqwa. Sedangkan amalan yang tidak terkait dan tidak ilakukan karena Allah, tiu adalah amalan yang tidak ada nyawa, jiwa, atau rohnya dan ia tidak ada nilainya di sisi-Nya.Begitu pentingnya ketaqwaan bagi seorang muslim, sehingga derajat seorang manusia ditentukan oleh kadar ketaqwaannya kepada Allah. Mulia atau tidaknya seorang manusia bukan ditentukan oleh banyaknya harta yang dimiliki atau jabatan yang di duduki. Tidak mustahil jika ada seseorang, jabatannya tinggi, hartanya melimpah, dipuji oleh manusia, tetapi karena tidak bertaqwa kepada Allah maka ia pun tidak memiliki derajat bahkan hina dihadapan Allah SWT. sebaliknya, seorang pemulung yang dicaci dan hina dihadapan manusia, jika bertaqwa maka ia memiliki derajat yang mulia dihadapan Allah SWT. derajatnya melebihi seorang pejabat yang dipuji ternyata korupsi. Berbicara juga dapat menjadi taqwa kalau apa yang di bicarakan itu adalah ilmu, nasihat atau perkara-perkara yang baik, dan manfaat, dan dilakukan karena Allah. Diam juga dapat menjadi taqwa kalau diam itu untuk mengelakkan dari berkata-kata yang maksiat dan sia-sia atau supaya tidak menyakiti hati orang dan dilakukan karena takut kepada Allah.
Di antara cirri-ciri orang yang bertaqwa kepada Allah itu
adalah :
1. Gemar menginfaqkan harta bendanya dijalan
Allah, baik dalam waktu sempit maupun lapang.
2. Mampu menahan diri dari sifat marah.
3. Selalu memaafkan orang lain yang telah membuat
salah kepadanya ( tidak pendendam).
4. Tatkala terjerumus pada perbuatan keji dan dosa
atau mendzalimi diri sendiri,ia segera ingat Allah, lalu bertaubat, memohon
ampun kepada-Nya atas dosa yang telah dilakukan.
5. Tidak meneruskan perbuatan keji itu lagi,
dengan kesadaran dan sepengetahuan dirinya.
6. Betapa pentingnya nilai TAQWA. Hingga merupakan
bekal yang terbaik dalam menjalani kehidupan didunia dan betapa tinggi derajat
TAQWA, hingga manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
taqwa di antara mereka. Dan banyak sekali buah yang akan dipetik, hasil yang
akan diperoleh dan nikamt yang akan diraih oleh orang yang bertaqwa di
antaranya adalah :
a)
Ia akan
memperoleh Al-Furqon yaitu kemampu n untuk membedakan antara yang haq dan yang
batil, halal dan haram, antara yang sunnah dengan bid’ah. Serta
kesalahan-kesalahannya dihapus dan dosa-dosanya di ampuni.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. ( QS. Al-Anfal: 29 )
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqon dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. ( QS. Al-Anfal: 29 )
b)
Ia akan memperoleh jalan keluar dari segala
macam problema yang dihadapinya, amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah
hinga menadi berat timbangannyadi hari akhir kelak, mudah penghisabannya dan ia
menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanan.
c)
Amalan-amalan baiknya diterima oleh Allah
hingga menjadi berat timbangannya di hari kiamat kelak, mudah penghisabannya
dan ia menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanan.
d)
Serta Allah memasukkan ke dalam Surga, kekal
di dalamnya serta hidup dalam Keridhoan-Nya.
e)
Ciri-ciri masyarakat Modern
Masyarakat modern
adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan
aturan-aturan tertentu yang bersifat modern serta penggunaan teknologi
Ciri-ciri pokok masyarakat modern menurut
Deliar Noor:
Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.
Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.
Ø Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh,
tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.
Ø Menghargai waktu, yakni dengan memafaatkan
waktu sebaik-baiknya dan seefektif mungkin sehingga tidak ada waktu yang
mubadzir tanpa makna.
Ø Bersifat
terbuka yakni mau menerima kritikan, saran, masukan untuk perbaikan yang dating
dari manapun.
Ø Berfikir
obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi
masyarakat.
Tantangan, problema
dan resiko kehidupan modern
Realitas kemampuan manusia:
Realitas kemampuan manusia:
a)
Manusia
tidak hanya mengenal nama-nama benda yang ada
b)
Manusia
dapat mengembangkan dan menciptakan nama-nama baru pada benda yang
diciptakannya.
c)
Kemampuan membuat benda-benda disebut
kebudayaan [ fisik – non fisik ]
d)
Manusia mampu mengembangkan kebudayaan akibat
sains dan teknologi.
Berbagai Persoalan Manusia Diera Modern
1. Problem utama modernitas : [dampak negative
penemuan teknologi]
ü Terjadinya pencemaran lingkungan
ü Rusaknya habitat hewan – tumbuhan
ü Munculnya beragam penyakit
2. Dalam Bidang Ekonomi : [Persoalan
kapitalisme-Materalisme]
ü Melahirkan manusia yang konsumtif-materialistik
dan eksplotatif
ü Manusia hanya memandang dirinya sebagai makhluk
economicus [manusia yang mementingkan dirinya sendiri
ü Manusia melupakan dirinya sebagai makhluk homo
religious yang syarat dengan kaidah moral.
ü Prinsip ekonomi kapitalis telah melahirkan
manusia yang serakah-egois.
Salah satu contoh kasus di Indonesia :
“ Demi kepentingan lahan pertanian-perumahan, tidak malu menggunduli hutan,membakarnya. Import mobil dan motor secara besar-besaran tidak pernah memperhitungkan dampak polusi bagi kesehatan. Pelaku ekonomi kecil, adalah mengunakan lahan trotoar sebagai tempat berjualan dengan tidak mempertimbangkan keselamatan pejalan kaki.
3. Dalam bidang moral : (Paham
liberalism-kebebasan berekspresi)
ü Melalui teknologi informasi di ekspose secara
besar-besaran meski menabrak batas-batas agama
ü Globalisasi berwajah westernisasi (penanaman
nilai-nilai barat dengan melepas nilai-nilai moral agama)
ü Westernisasi mempunyai kemampuan melindas
budaya local, buktinya : Bangsa Indonesia dalam banyak hal selalu berkiblat
pada dunia barat dan menjadikannya sebagai symbol kemajuan.
4. Dalam persoalan sekularisme : (tarik menarik
antara dunia-agama)
ü Urusan dunia dipisahkan dari agama
ü Munculnya split personality (manusia
berkpribadian ganda ), contoh : pada saat yang sama ia bisa menjadi seorang
korupto, meskipun ia taat beribadah.
ü Peran agama akan semakin kehilangan ruhnya.
5.
Dalam Persoalan
Keilmua: (munculnya pemikiran posivitesme)
ü Sesuatu dikatakan benar jika; menggunakan tolok
ukur kebenaran rasional, empiris, eksperimental dan terukur secara metodologis.
1.
Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern
Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah
sosial-budaya yang sudah established, sehingga sulit sekali
memperbaikinya. Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti
berbicara tentang masalah alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam
pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan
hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama orang Islam maupun orang
Islam dengan non-Islam. Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dimungkinkan
sebagai masyarakat yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal
itu digambarkan oleh Ali Imran: 103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam
wujud saling bermusuhan (idz kuntum a’daa’an), yaitu suatu wujud
kehidupan yang berada pada ancaman kehancuran.
Adopsi modernisme (westernisme), kendatipun tidak secara
total, yang dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah
menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara
kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak
menentu. Secara ekonomi bangsa Indonesia
semakin tambah terpuruk. Hal ini karena diadopsinya sistem kapitalisme dan
melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik, selalu muncul
konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan
nilai-nilai qur’ani, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah.
Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-anak
sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Persoalan itu muncul, karena wawasan
ilmunya salah, sedang ilmu merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya.
Hal itu menjadi tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan
kejiwaan, karena kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan
risiko yang besar. Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu
diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat
berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
1.
Peran
Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia
sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman
pada kehidupan manusia.
a.
Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada
kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka
tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah
hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup
menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat
mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda Keramat, mengikis kepercayaan pada
khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7.
b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia
menjadi pengecut. Banyak di antara manusia yang tidak berani mengemukakan
kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian
di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah: Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh (an-Nisa’ 4: 78).
c.
Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal
ini ialah firman Allah: Dan
tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud). (Hud, 11: 6).
d.
Iman memberikan ketentraman jiwa
Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan
dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah),
dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah: …(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. (ar-Ra’d,
13: 28).
Seorang yang beriman tidak pernah ragu
pada keyakinannya terhadap Qada dan Qadar. Dia mengetahui dan meyakini
seyakin-yakinnya bahwa Qada dan Qadar Allah telah tertulis di dalam kitab. Qadar adalah apa
yang dapat dijangkau oleh kemauan dan iradah manusia. Allah telah menciptakan
manusia serta dilengkapi dengan nikmat berupa akal dan perasaan. Melalui akal
dan iradahnya, manusia dapat berbuat berbagai hal dalam batas iradah yang
dianugerahkan Allah kepadanya. Di luar batas kemampuan iradah manusia, Qada dan
Qadar Allahlah yang berlaku. Orang-orang yang selalu hidup dalam lingkungan
keimanan, hatinya selalu tenang dan pribadinya selalu terang dan mantap. Allah
memberi ketenangan dalam jiwanya dan ia selalu mendapat pertolongan dan
kemenangan. Inilah nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya yang mukmin
dan anugerah Allah berupa nur Ilahi ini diberikan kepada siapa yang
dikehendakiNya. Dia yakin bahwa Allah akan mengabulkan do’anya, meneguhkan hatinya, serta
memberikan kemenangan. (ar-Ra’ad 28, al-Fath 4).
e.
Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan
kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan
Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan. (an-Nahl, 16: 97).
f.
Iman melahirkan sikap
ikhlas dan konsekuen
Iman memberi
pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih,
kecuali keridaan Allah. Orang
yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya,
baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada
firman Allah: Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.
(al-An’aam, 6: 162)
g.
Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang
yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Mereka itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung. (al-Baqarah,
2: 5).
h.
Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan kegiatan
manusia, baik yang dipengaruhi oleh kemauan seperti makan, minum, berdiri,
melihat dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi kemauan seperti gerak
jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah tidak lebih dari serangkaian
proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang
melaksanakan proses bio-kimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja
bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise,
yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise
ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia
masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit
modern, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Sebaliknya jika seseorang jauh dari
prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan akhlak, merobek-robek
nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat kepada Allah,
maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan
ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan
kimia lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap
biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan
kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam
tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan
ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar