LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ANALISIS KULITATIF PROTEIN
Oleh :
Kelompok 3 A1
Ahmad Hidayat (PO713203151003)
Apriani (PO713203151008)
Desak Nyoman Ayundari (PO713203151013)
Eka Rismawati (PO713203151018)
Muttiara (PO71320315123)
LABORATORIUM BIOKIMIA
AKADEMI ANALIS KESEHATAN
DEPERTEMEN KESEHATAN MAKASSAR
2016
1)
Tujuan
Praktikum
a)
Untuk
mengidentifikasi adanya protein dengan uji Millon
b)
Untuk
mengidentifikasi adanya protein dengan uji Ninhidrin
c)
Untuk
mengidentifikasi adanya protein dengan uji Biuret
d)
Untuk
mengidentifikasi adanya protein dengan uji Kougulasi
e)
Untuk mengidentifikasi adanya
protein dengan uji pengendapan dengan alkohol.
f)
Untuk mengidentifikasi adanya
protein dengan uji Denatuasi protein
2)
Landasan
Teori
Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari satuan-satuan kecil penyusunnya yang disebut asam amino
yang tersusun dalam urutan tertentu, dengan jumlah dan struktur tertentu.
Molekul-molekul ini merupakan bahan pembangun sel hidup. Protein yang paling
sederhana terdiri atas 50 asam amino, tetapi ada beberapa protein yang memiliki
ribuan asam amino. Hal yang terpenting adalah ketidakhadiran, penambahan, atau
penggantian satu saja asam amino pada sebuah struktur protein dapat menyebabkan
protein tersebut menjadi gumpalan molekul yang tidak berguna. Setiap asam amino
harus terletak pada urutan yang benar dan struktur yang tepat (Poedjiadi,
1994).
Protein yang terdapat dalam makanan
kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino, yang diabsorsi
dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati, sebagian
lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati. Protein dalam sel-sel
tubuh dibentuk dari asam amino. Bila ada kelebihan asam amino dari jumlah yang
digunakan untuk biosintesis protein, kelebihan asam amino akan diubah menjadi
asam keto yang dapat masuk kedalam siklus asam sitrat atau diubah menjadi urea.
Hati merupakan organ tubuh dimana terjadi reaksi katabolisme maupun anabolisme.
Asam amino yang dibuat dalam hati, maupun yang dihasilkan dari proses
katabolisme protein dibawa oleh darah ke dalam jaringan untuk digunakan. Asam
amino yang terdapat dalam darah berasal dari tiga sumber, yaitu absorpsi
melalui dinding usus, hasil penguraian protein dalam sel dan hasil sintesis
asam amino dalam sel (Poedjiadi, 1994).
Asam amino adalah monomer protein yang mempunyai dua gugus
fungsi yaitu gugus amino dan gugus hidroksil. Jumlah asam amino yang terdapat
di alam ada beratus – ratus jumlahnya, namun yang diketahui ikut membangun
protein hanya sekitar 20 macam. Sifat asam amino antara lain memiliki titik
leleh di atas 200 °C, larut dalam senyawa polar dan tidak larut dalam senyawa
nonpolar serta memiliki momen dipol yang besar (Anonim a, 2011).
Beberapa Reaksi Uji Protein (Page, 1989) :
A. Percobaan
berdasarkan reaksi warna:
1) Percobaan
kadar-N
Kapur natron, yaitu campuran NaOH
dan Ca(OH)2 dalam tabung reaksi dengan larutan protein
dipanaskan. Keluarlah Amoniak dan Amina.Lakmus merah yang dibasahi menjadi
biru.
2) Reaksi
Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan
dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi pengendapan
putih yang dapat berubah menjadikuning apabila dipanaskan.. reaksi yang terjadi
ialah nitrasi pada inti Benzen yang terdapata pada molekul protein. Jadi,
reaksi ini positif untuk protein, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila
kena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xantoprotein
ini.
3) Reaksi
Millon
Pereaksi Millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif.
4) Reaksi
Biuret
Larutan Protein + NaOH + CuSO4 lembayung Berlaku
untuk senyawaan yang mempunyai jumlah ikatan peptida > 1. Reaksi ini dapat dipakai
untuk penentuan protein secara kualitatif dan kuantitatif.
Beberapa reaksi uji terhadap
protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya
protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna violet dengan CuSO4 karena
akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan gugus NH dari
rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa
protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out, apabila terdapat
garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan protein, maka
kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan pengendapan.
Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti aseton atau
alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan distribusi dari
gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga menghasilkan
protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Fungsi protein di dalam tubuh kita sangat banyak, bahkan banyak dari proses
pertumbuhan tubuh manusia dipengaruhi oleh protein yang terkandung di dalam
tubuh kita. Di bawah ini beberapa fungsi protein yaitu (Anonim b, 2011):
a.
Sebagai enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat
atau dibantu oleh suatu senyawa makromolekul
spesifik yang
disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi
transportasi karbon dioksida sampai yang sangat rumit seperti replikasi
kromosom.
b.
Alat pengangkut
dan penyimpan
Banyak molekul dengan MB kecil serta
beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh
protein-protein
tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin
mengangkut oksigen dalam otot. Pengatur pergerakan Protein merupakan komponen utama daging,
gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
c.
Penunjang
mekanis
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan
tulang disebabkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan
mudah membentuk serabut. Pertahanan tubuh atau imunisasi Pertahanan tubuh
biasanya dalam bentuk antibodi, yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal
dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh seperti
virus, bakteri, dan sel- sel asing lain.
d.
Media
perambatan impuls syaraf
Protein yang mempunyai fungsi ini
biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak
sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata.
e.
Pengendalian
pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor
(dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur
sifat dan karakter bahan
Struktur asam
amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH),
atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R,
dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat tersebut
dinamai atom Cα("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa
bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil.
Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa
tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan
berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai
samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik
jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar (Anonim a, 2010).
Dari struktur
umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino
dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai struktur ion dipolar. Gugus amino
dan gugus karboksil pada asam amino menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena
asam amino mengandung kedua gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi
kimia yang yang mencirikan gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi
asetilasi dan esterifikasi. Asam amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat
bersifat sebagai asam dan memberikan proton kepada basa kuat, atau dapat
bersifat sebagai basa dan menerima proton dari basa kuat (Girindra, 1986).
Semua asam
amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri yang sama, gugus karboksil dan
amino diikat pada atom karbon yang sama. Masing-masing berbeda satu dengan yang
lain pada gugus R-nya, yang bervariasi dalam struktur, ukuran, muatan listrik,
dan kelarutan dalam air. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik
yang melibatkan gugus R-nya (Girindra, 1986).
Melalui reaksi
hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi berdasarkan
gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino non-polar
dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin,
Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino
polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin, Treonin,
Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam amino yang
bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam amino yang
bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada, dijumpai
delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin, metionin,
Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini tidak bisa
disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari luar
seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).
3)
Alat
dan Bahan
a) Uji millon
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
·
Pembakar
spritus
·
Penangas
air
Bahan :
·
Reagen Millon
·
Larutan
protein (larutan putih telur)
b) Uji ninhidrin
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
·
Pembakar
spritus
·
Penangas
air
Bahan :
·
Reagen
ninhidrin
·
Larutan
protein (larutan putih telur)
c) Uji biuret
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
Bahan :
·
NaOH
2,5 N
·
CuSO4
0,01 M
·
Larutan
protein (larutan putih telur)
d) Uji kougulasi
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
·
Pembakar
spritus
·
Penangas
air
·
Batang
pengaduk
Bahan :
·
Asam
asetat 1 M
·
Millon
·
Larutan
protein (larutan putih telur)
e) Uji pengendapan dengan alcohol
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
·
Bahan :
·
HCl
0,1 M
·
NaOH
0,1 M
·
Buffer asetat pH= 4,7
·
Larutan protein(larutan putih telur)
·
Etil
alcohol 95 %
f) Uji denaturasi protein
Alat :
·
Tabung
reaksi + rak
·
Pipet
tetes
Bahan :
·
HCl
0,1 M
·
NaOH
0,1 M
·
Buffer asetat pH= 4,7
·
Larutan protein( larutan putih telur)
4)
Posedur Kerja
a) Uji Millon
Tambahkan 5 tetes reagen
Millon ke dalam 3 ml larutan protein,
panaskan campuran dengan baik. Jika reagen yang di gunakan terlalu
banyak, maka akan hilang pada pemanasan.
b) Uji Ninhidrin
Tambahkan 0.5 ml larutan
ninhidrin 0.1 % kedalam 3 ml larutan protein Panaskan, hingga mendidih.
· Uji Biuret
Tambahkan
1 ml NaOH 2.5 N kedalam 3 ml larutan protein,
aduk sampai rata. Tambahkan setetes CuSO4
0.01 M. Aduk, jika timbul warna violet, tambahkan lagi setetes
atau dua tetes CuSO4.
· Uji Kougulasi
Tambahkan
2 tetes asam asetat 1 M ke dalam 5 ml larutan
protein. Letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil endapan dengan batang
pengaduk. Uji kelarutan endapan di dalam air, kemudian uji endapan dengan reagen
Millon.
·
Pengendapan
dengan alcohol
Lakukan
reaksi seperti dalam tabel berikut:
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan albumin
HCl 0,1
M
NaOH 0,1
M
Buffer asetat ph= 4,7
Etil
alcohol 95%
|
5 ml
1 ml
-
-
6 ml
|
5 ml
-
1 ml
-
6 ml
|
5 ml
-
-
1 ml
6 ml
|
·
Denaturasi Protein
Lakukan
reaksi seperti terdapat dalam tabel berikut :
Tabung
|
1
|
2
|
3
|
Larutan albumin
HCl 0,1
M
NaOH 0,1 M
Buffer asetat ph 4,7
|
9 ml
1 ml
-
-
|
9 ml
-
1 ml
-
|
9 ml-\
-
-
1 ml
|
5)
Hasil
6)
Pembahasan
a) Uji Millon
Uji Millon
merupakan uji yang dilakukan untuk menganalisis protein yang mengandung gugus
hidroksil fenil yang akan bereaksi dengan pereaksi Millon. Pereaksi Millon
berisi larutan merkuri dan ion merkuro dalam asam nitrat dan asam nitrit.
Apabila pereaksi ini ditambahkan ke dalam larutan protein yang mengandung asam
amino dengan rantai samping gugus fenolik, maka akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Tetapi khusus untuk proteosa
dan pepton secara langsung akan menghasilkan larutan berwarna merah. Endapan
yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Percobaan
terhadap uji Millon hanya menghasilkan hasil yang positif terhadap larutan
pepton
b) Uji Ninhidrin
Uji
ninhidrin merupakan uji yang umum sifatnya karena dapat digunakan untuk
mendeteksi protein yang memiliki sekurang-kurangnya satu gugus karboksil dan
gugus amino bebas (asam α-amino). Apabila ninhidrin (triketohidrin) dipanaskan
bersama asam amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna biru. Kompleks
berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhdrin dengan hasil reduksinya, yaitu
hidrindantin dan amonia. Asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
jalan mengamati intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
asam amino tersebut. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH4 sehingga
asam amino asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur
jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan
hidroksi prolin menghasilkan kompleks yang berbeda warnanya dengan asam amino
lainya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang
bereaksi dengan amonia yang dilepaskan pada oksidasi asam amino. Warna yang
terbentuk pada prolin dan hidroksi prolin adalah kuning.
c) Uji Biuret
Tes biuret
merupakan salah satu tes uji protein, bekerja pada suasana
basa, dan akan memberikan perubahan warna pada larutan yang diuji menjadi
berwarna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kimpleks Cu2+ dengan
gugus CO dan gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Pada tes biuret
ini, penambahan NaOH 2,5 M akan mengendapkan protein pada larutan Albumin, hal
ini ditandai dengan bertambah jernihnya larutan albumin yang keruh. Pada larutan asam amino, penambahan
NaOH 2,5 M tidak menyebabkan perubahan yang berarti. Pada penambahan CuSO4 0,01
M sebanyak 1 tetes menyebabkan larutan albumin mengalami perubahan yaitu
larutan ini tidak tercampur dengan baik dan perubahan warna menjadi ungu muda
atau violet hanya pada permukaan saja, sedangkan pada larutan asam amino glisin
dan alanin terjadi perubahan warna pada permukaanya yaitu berwarna biru,
sedangkan pada serin tidak terjadi perubahan warna.Hal ini
disebabkan karena glisin dan alanin mengandung gugus hidroksil yang dapat
membentuk kompleks dengan Cu2+. Warna biru makin pekat dengan
penambahan CuSO4 berlebih. Setelah dilakukan penambahan CuSO4 0,01
M berlebih, terjadi perubahan pada semua larutan, baik pada larutan albumin
maupun larutan asam amino. Larutan albumin berwarna ungu muda, dan asam amino
yang lain (Serin, Glisin, Alanin,) berwarna biru muda.
d) Uji kougulasi
Protein akan
mengalami koagulasi jika dipanaskan pada suhu 50oC atau lebih.
Proses koagulasi akan terjadi jika larutan protein berada pada titik
isoelektriknya. Kelarutan protein akan berkurang pada suhu 50oC
karena pada suhu yang tinggi, energi kinetik pada protein akan meningkat
sehingga terjadi kerusakan konformasi alamiah protein. Rusaknya konformasi
alamiah protein tersebut menyebabkan terganggunya stabilitas dari larutan
protein dan larutan protein mengalami koagulasi. Terjadinya koagulasi
protein juga disebabkan karena adanya ion H+ dari CH3COOH
yang terikat pada gugus negatif dari protein. Ketika ion H+ tersebut
masuk ke dalam larutan, ion H+ akan mempengaruhi keseimbangan
dan pengkutuban muatan dari molekul protein. Penambahan asam asetat ke dalam
larutan albumin berfungsi agar albumin mencapai titk isolistriknya dan proses
koagulasi dapat tercapai. Hanya pada filtrat protein dilakukan uji biuret
yang menghasilkan warna biru. Sedangkan pada uji kelarutan dalam air dan uji
endapan dengan pereaksi millon tidak dilakukan.
e) Pengendapan dengan alcohol
Penambahan alkohol yang merupakan pelarut
organik akan menurunkan kelarutan protein, karena kelarutaan suatu protein
tergantung dari kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob
polar pada molekul. Mampu mengendapkan logam dalam suasan asam dan pada pH 4,7
yang merupakan titik isoelektrik.Pada reaksi pengendapan dengan alkohol,
larutan albumin akan membentuk endapan yang disebabkan karena adanya gugus
hidrofobik polar (yang menarik gugus non-polar) didalam molekul protein dan
menghasilkan protein dipol. Menurut teori, albumin + HCl dan albumin
+ NaOH membentuk larutan bening sedangkan albumin + buffer asetat pH 4,7 agak
keruh. Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik
albumin. Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutn protein minimum karena
jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga penambahan senyawa organik
seperti aseton dan alkohol yang bersifat nonpolar (muatan = 0) cenderung
menurunkan kelarutan protein. Sedangkan dengan penambahan asam atau basa
menyebabkan larutan albumin kelihatan agak bening, hal ini menandakan naiknya
kelarutan albumin. Hal ini berdasarkan sifat protein yang amfoter (protein
dalam suasana pelarut yang bersifat asam akan bertindak sebagai basa dan dalam
suasana pelarut yang bersifat basa akan bertindak sebagai asam).
f) Denaturasi protein
Denaturasi
protein merupakan perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan kuartener
molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen. Denaturasi
terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam
dan terbukanya lipatan molekul protein. Denaturasi, koagulasi dan redenaturasi
dapat dibedakan sebagai berikut. Denaturasi protein adalah suatu keadaan telah
terjadinya perubahan struktur protein yang mencakup perubahan bentuk dan
lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan atau kerusakan lipatan antar
asamamino dan struktur primer protein. Koagulasi adalah denaturasi protein
akibat panas dan alkohol.
Pada
percobaan denaturasi protein dibuat tiga larutan protein, dimana pada
masing-masing larutan protein tersebut ditambahkan dengan senyawa yang berbeda.
Tabung 1 berisi albumin yang ditambahkan dengan larutan HCl 0,1 M yang kemudian
dipanaskan, tidak terjadi perubahan pada larutan albumin tersebut. Hal ini
terjadi karena penambahan HCl yang bersifat sebagai asam kuat menyebabkan pH
larutan protein menjadi sangat asam. Tabung 2 berisi albumin yang ditambahkan
dengan NaOH 0,1 N kemudian dipanaskan, tidak menyebabkan perubahan pada larutan
protein. Hal ini disebabkan karena larutan NaOH bersifat sebagai basa kuat, sehingga
terjadi perubahan pH yang sangat extrem pada larutan protein menjadi basa.
Tabung 3
berisi albumin yang ditambahkan dengan buffer asetat kemudian dipanaskan,
menyebabkan timbulnya endapan putih. Endapan putih yang terbentuk
mengindikasikan terjadinya denaturasi protein. Denaturasi ini disebabkan karena
buffer asetat sangat kuat mempertahankan pHnya pada pH 4,7 sehingga dapat
merusak keseimbangan switer ion ke kondisi asam di bawah titik
isoelektrik. Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah
perubahan konfigurasi protein α-heliks menjadi memanjang. Hal ini disebabkan
karena rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan nonpolar yang terjadi pada struktur
berlipat dari protein. Tabung 1 dan 2 yang kemudian ditambahkan dengan larutan
buffer asetat pH 4,7 mengalami pembentukkan endapan. Hal tersebut terjadi
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu terjadi denaturasi preotein
karena buffer asetat sangat kuat mempertahankan pHnya pada pH 4,7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar