A.
KONSEP
AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA
1.
Konsep Akhlak
Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti
tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)
Untuk
menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada
berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M)
yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu
misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Sementara
itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul
Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai
paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih,
mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
Definisi-definisi
akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita
dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama,
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak
berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan
tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak
adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa
ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang
keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang
dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji
orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. (Amiruddin.2010)
2.
Konsep Moral
Secara
bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral
ini selalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat.
.(Azyumadi.2002.203-204) Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk.
Berdasarkan
kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang
digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai
(ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral
tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara
etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang
perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.
(Amiruddin.2010)
3.
Konsep Etika
Sebuah
tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu,
etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi
standar baik dan buruk adalah akal manusia. (Azyumadi.2002.203-204)
Berikutnya,
dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu
studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk,
harus, benar, salah, dan sebagainya. Dari definisi etika tersebut, dapat segera
diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama,
dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada
akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat
mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki
kekurangan, kelebihan dan sebagainya.
Selain itu,
etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan
sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai
konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika
lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat
dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.
Dengan
cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat
mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika,
karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis
dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada
manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang
dihasulkan oleh akal manusia. . (Amiruddin.2010)
A. Perbedaan Akhlak, Moral, dan
Etika
1.Akhlak
: standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
2.Moral :
besifat lokal/khusus
3.Etika :
lebih bersifat teoritis/umum
(Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaaan
antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang
dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian
baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila
berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran
yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
B.
KAREKTERISTIK
AKHLAK ISLAM
Secara
sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran
Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata
akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami
adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan
sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka
menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata
lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai
universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal
dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun
demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat
disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan
dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal
yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama
manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika
etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak
Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang
lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah
(agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah,
hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan
benda-benda yang tak bernyawa).
C.
KARAKTERISTIK
ETIKA DALAM ISLAM
Etika dalam
Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
- Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
- Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Qur’an dan al-Hadits yang shohih.
- Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada.
- Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.
D.
INDIKATOR MANUSIA BERAKHLAK
Manusia
berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya, sedang manusia tidak
berakhlak ( a moral ) adalah manusia yang kotor dan sakit hatinya. Namun sering
kali manusia tidak sadar kalau hatinya sakit. Kalaupun dia sadar tentang
kesakitan hatinya, ia tidak berusaha untuk mengobatinya. Padahal penyakit hati
jauh lebih berbahaya ketimbang penyakit fisik. Seseorang yang sakit secara
fisik jika penyakitnya tidak dapat diobati dan disembuhkan ujungnya hanya
kematian. Kematian bukanlah akhir dari segala persoalan melainkan pintu yang
semua orang akan memasukinya. Tetapi penyakit hati jika tidak disembuhkan maka
akan berakhir dengan kecelakaan di alam keabadian.
Indikator
manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-Ghazali, adalah tertanamnya
iman dalam hatinya. Sebaliknya manusia yang tidak berakhlak (su’u al-khuluq)
adalah manusia yang ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya
sikap mendua dalam Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman
bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan tumbuh pada akar
yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon akan baik tumbuhnya bahkan
berbuah jika akarnya baik. Amal akan bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi
amal tidak membawa makna apa-apa apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian
juga amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada kemunafikan.
Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar dan hati
orang kafir itu hitam dan malah terbalik.
Taat akan
perintah Allah, juga tidak mengikuti keinginan syahwat dapat mengkilaukan hati,
sebaliknya melakukan dosa dan maksiat dapat menghitamkan hati. Barang siapa
melakukan dosa, hitamlah hatinya dan barang siapa melakukan dosa tetapi
menghapusnya dengan kebaikan, tidak akan gelaplah hatinya hanya cahaya itu
berkurang. Dengan mengutip beberapa ayat Al Qur’an dan Hadits, selanjutnya
Al-Ghazali mengemukakan tanda-tanda manusia beriman, diantaranya :
- Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shalatnya
- Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faedahnya)
- Selalu kembali kepada Allah
- Mengabdi hanya kepada Allah
- Selalu memuji dan mengagungkan Allah
- Bergetar hatinya jika nama Allah disebut
- Berjalan di muka bumi dengan tawadhu’ dan tidak sombong
- Bersikap arif menghadapi orang-orang awam
- Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
- Menghormati tamu
- Menghargai dan menghormati tetangga
- Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna
- Tidak banyak berbicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan
- Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatan
Sufi yang
lain mengungkapkan tanda-tanda manusia berakhlak, antara lain : Memiliki
budaya malu dalam interaksi dengan sesamanya, tidak menyakiti orang lain,
banyak kebaikannya, benar dan jujur dalam ucapannya, tidak banyak bicara tapi
banyak bekerja, penyabar, hatinya selalu bersama Allah, tenang, suka berterima
kasih, ridha terhadap ketentuan Allah , bijaksana, hati-hati dalam bertindak,
disenangi teman dan lawan, tidak pendendam, tidak suka mengadu domba, sedikit
makan dan tidur, tidak pelit dan hasad, cinta karena Allah dan benci karena
Allah.
Ketika
Rasulullah ditanya tentang perbedaan mukmin dan munafik, Rasulullah menjawab,
orang mukmin keseriusannya dalam shalat, puasa dan ibadah sedangkan orang munafik
kesungguhannya dalam makan minum layaknya hewan. Hatim al-‘Asam seorang ulama
tabi’in menambahkan, bahwa indikator mukmin adalah manusia yang sibuk dengan
berfikir dan hikmah, sementara munafik sibuk dengan obsesi dan panjang
angan-angan, orang mukmin putus harapan terhadap manusia kecuali pada Allah.
Sebaliknya orang munafik banyak berharap kepada sesama manusia dan bukan kepada
Allah. Mukmin merasa aman dari segala sesuatu kecuali dari Allah, munafik
merasa takut oleh segala sesuatu kecuali oleh Allah. Mukmin berani mengorbankan
hartanya demi agamanya sedangkan munafik berani mengorbankan agamanya demi
hartanya. Mukmin menangis dan berbuat baik, munafik berbuat jahat dan tertawa
terbahak-bahak. Mukmin senang berkhalawat (bersemedi) sedang munafik senang
keramaian. Mukmin menanam dan menjaga agar tidak terjadi kerusakan, munafik
menuai dan mengharap keuntungan. Mukmin memerintah dan melarang (amar ma’ruf
nahi munkar) untuk kekuasaan, maka kerusakannlah yang terjadi.
Kalau akhlak
dipahami sebagai pandangan hidup, maka manusia berakhlak adalah manusia yang
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam hubungannya dengan Tuhan,
sesama makhluk dan alam dalam arti luas.
E.
AKTUALISASI AKHLAK DALAM
BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN
Kedudukan
akhlak dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan agama Islam itu
sendiri dalam segala bidang kehidupan. Maka pelaksanaan akhlak yang mulia
adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi segala larangan-larangan
dalam agama, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan
makhluknya, dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan
sebaik-baiknya, seakan-akan melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat Allah
maka harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya sehingga perbuatan itu benar-benar
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Akhlak yang
perlu diaktualisasikan dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Akhlak kepada Allah swt.
1. Akhlak kepada Allah swt.
a.Mentauhidkan
Allah swt. (QS. Al-Ikhlas/112:1-4)
b.Beribadah
kepada Allah swt. (QS. Adz-Dzaariyat/51:56)
c. Berdzikir
kepada Allah swt. (QS. Ar- Ra’d/13:28)
d. Tawakkal
kepada Allah swt. (QS. Hud/111:123)
2. Akhlak terhadap diri sendiri
a. Sabar (QS. Al-Baqarah/2:153)
b. Syukur
(QS. An-Nahl/16:14)
c. Tawaddu
(QS. Luqman/31:18)
d. Iffah,
yaitu mensucikan diri dari perbuatan terlarang (QS. Al-Isra/17:26)
e. Amanah
(QS. An-Nisa/14:58)
f. yajaah
(QS. Al-Anfaal/18:15-16)
g. Qanaah (QS. Al-Isra/17:26)
3. Akhlak terhadap orang lain
a. Akhlak terhadap kedua orang tua (QS. Al-Isra/17:23-24)
b. Akhlak terhadap keluarga,
yaitu mengembangkan kasih sayang, keadilan dan perhatian. (QS. An-Nahl/16:90
dan QS. At-Tahrim/66:6)
c. Akhlak terhadap
tetangga (QS. An-Nisa/4:36)
4. Akhlak terhadap lingkungan
Berakhlak
terhadap lingkungan hidup adalah di mana manusia menjalin dan mengembangkan
hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Allah menyediakan kekayaan alam
yang melimpah hendaknya disikapi dengan cara mengambil dan memberi dari dan
kepada alam serta tidak dibenarkan segala bentuk perbuatan yang merusak alam.
Maka alam yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat ganda,
sebaliknya alam yang dibiarkan merana dan diambil manfaatnya saja justru
mendatangkan malapetaka bagi manusia. (QS. Al-Qashash/28:77, QS. ar-Rum/30:41,
dan QS. Hud/11:61)
Upaya
mengubah kebiasaan yang buruk menurut Ahmad Amin sebagaimana yang dikutip Ishak
Solih adalah dengan hal-hal sebagai berikut:
o
Menyadari
perbuatan buruk, bertekad untuk meninggalkannya
o
Mencari
waktu yang baik untuk mengubah kebiasaan itu untuk mewujudkan niat atau tekad semula
o
Menghindarkan
diri dari segala yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk itu terulang
o
Berusaha
untuk tetap berada dalam keadaan yang baik
o
Menghindarkan
diri dari kebiasaan yang buruk dan meninggalkannya dengan sekaligus
o
Menjaga dan
memelihara baik-baik kekuatan penolak dalam jiwa, yaitu penolak terhadap
perbuatan yang buruk. Perbuatan baik dipelihara dengan istiqomah, ikhlas
dan jiwa tenang
o
Memilih
teman bergaul yang baik, sebab pengaruh kawan itu besar sekali terhadap
pembentukkan watak pribadi
o
Menyibukkan
diri dengan pekerjaan yang bermanfaat
Sementara
Al-Ghazali berpendapat, bahwa upaya mengubah akhlak yang buruk adalah dengan
kesadaran seseorang akan akhlaknya yang jelek pada dirinya. Ada empat cara
untuk dapat membantu setiap orang dalam masalah ini, yaitu :
o
Dengan
menjadi murid seorang pembimbing spiritual (syaikh).
o
Dengan minta
bantuan seorang teman yang tulus, taat dan punya pengertian. Teman ini diminta
untuk mengamati keadaan dan kondisi orang tersebut dengan teliti dan mengatakan
kepadanya tentang kekurangan-kekurangan yang nyata dan tersembunyi pada dirinya
o
Dengan
mengetahui kekurangan kita dari seseorang yang tidak menyenangi kita. Orang
yang tidak senang kepada kita lebih banyak melihat kekurangan yang ada pada
diri kita ketimbang kebaikannya
o
Dengan
bergaul bersama orang banyak dan memisalkan kekurangan yang dilihat pada orang
lain bagaikan ada pada diri kita.
Selanjutnya
ia menyatakan bahwa keburukan jiwa dapat dipulihkan secara permanen jika
substansinya dihancurkan. Ini hanya dapat dilaksanakan dengan menghilangkan
penyebab keburukan itu. Oleh sebab itu ia sering mengatakan bahwa penyembuhan
penyakit hati tergantung pada penghalang dan faktor penyebabnya. Carilah factor
penyebabnya kemudian sembuhkan dengan obat rohani yang tepat dan cocok.
Selanjutnya ia mengatakan :
“Ketahuilah
bahwa keburukan jiwa adalah penyakitnya, dan pembersihan jiwa dari penyakit
memakai suatu obat…..Bagi tiap penyakit jiwa ada obat yang sebanding dengan
kecil besarnya penyakit itu. Pakailah obat untuk penyakit itu jika ia menimpa
kamu dengan memberikan penawar penyakit atau memotong pangkalnya”.
- Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
- Perbedaan Akhlak, Moral Dan Etika:
Akhlak:
standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
Moral :
besifat lokal/khusus
Etika :
lebih bersifat teoritis/umum
- Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.
- Islam memiliki etika dimana etika etika dalam islam semua mengarahkan kita ke jalan yang benar.
- Manusia berakhlak adalah manusia yang suci dan sehat hatinya.
- Akhlak yang perlu diaktualisasikan antara lain akhlak kepada Allah SWT, diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar