KEBUDAYAAN ISLAM
NAMA : Apriani
NIM : PO713203151008
Prodi :D3 Analis Kesehatan
POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN
MAKASSAR
DIII ANALIS KESEHATAN
2015
Kebudayaan Islam
A.
DEFINISI KEBUDAYAAN ISLAM
Kebudayaan
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan
tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Karena itu secara umum kebudayaan
dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya
manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari
bilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.
Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat
ideal,sempurna, praktis,aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa
diekspresikan. Sistem yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi
dan berkaitandengan yang aktual (Picktchall, 1993: 26-29). Sistem Islam
menerapkan dan menjanjikan perdamaian dan stabilitas dimanapun manusia berada,
karena pada hakikatnya manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah
SWT,yang berbeda justru hanya terletak pada unsur-unsur keimanan dan
ketakwaannya saja. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan
aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada dan aturan-aturan yang
bersumber dari nafsu hewani, sehingga akan merugikan diri sendiri. Islam dalam
hal ini, bermanfaat untuk memberikan petunjuk kepada manusia dalam upaya agar
dapat menumbuh kembangkan akal budi, sehingga memperoleh kebudayaan yang
memenuhi aturan-aturan dan norma-norma agama serta menghasilkan yang beradab
dan peradaban islam. Dalam menjalankan sebuah kehidupan bernegara maupun
bermasyarakat dibutuhkan suatu petunjuk berupa wahyu Allah SWT. Allah SWT
memilih seorang Nabi dan Rasul dari manusia, sebab yang akan menjadi
bimbingannya adalah manusia juga, oleh karena itu tujuan utama Nabi Muhammad
saw adalah menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Nabi Muhammad saw dalam
mengawali tugas kenabian dan kerasulanny amendasarkan diri pada asas-asas
kebudayaan Islam, yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi suatu
peradaban yaitu peradaban Islam. Nabi Muhammad saw pada waktu berdakwah, keluar
dari jazirah Arab dan seterusnya menyebar keseluruh penjuru dunia, maka
terjadilah proses asimilasi berbagai macam kebudayaan dengan nilai-nilai Islam
kemudian menghasilkan kebudayaan Islam yang pada akhirnya akan berkembang
menjadi suatu kebudayaan yang diyakini kebenarannya secara universal.
B.
SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat
dari segi perkembangan perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat
dikelompokkan ke dalam tiga masa yaitu masa Klasik, yaitu antara tahun 650-1250
M. Masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M. Dan masa modern yaitu tahun
1800-sampai sekarang.
-
Pada masa
Klasik (650-1250)
Merupakan awal pembabakan peradaban Islam. Periode ini dimulai ketika
Rasulullah SAW diangkat menjadi rasul. Pada masa ini lahir para ulama Madzhab
seperti Imam Hambali, Imam Syafii, dan Imam Malik. Sejalan dengan itu lahir
pula para filosuf muslim seperti al-kindi tahun 801 M, seorang filosuf muslim
pertama. Diantara pemikirannya ia berpendapat bahwa kaum muslimin hendaknya
menerima filsafat sebagai bagian bagian dari kebudayaan islam. Selain al-kindi,
pada abad itu lahir pula filosuf besar seperti al-Razi, lahir tahun 865 M,
al-Farabi lahir tahun 870 M. Dia dikenal sebagai pembangun agung sistem
filsafat. Pada abad berikutnya lahir pula filosuf agung Ibnu Miskawaih pada
tahun 930 M, pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan akhlak kemudian Ibnu
Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138 M, Ibnu Rusyd tahun 1126 M, dan
lain-lain.
-
Pada masa
pertengahan (1250-1800)
Pada masa pertengahan, menurut sejarah pemikiran Islam dinilai mengalami
kemunduran, sebab filsafat mulai ditinggalkan oleh umat Islam, sehingga
terdapat usaha untuk mempertentangkan antara akal dengan wahyu, iman dengan
ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruh tersebut masih dapat dirasakan sampai saat
ini dan hal ini dibuktikan dengan tidak ada daerah-daerah yang menjadi kekuasaan
Islam yang secara utuh melingkupi beberapa kerajaan Islam, di antaranya
Kerajaan Usmani, Safawi dan Mogul dan pada periode pertengahan ini perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi demikian terbatas.
Sebagian pemikir islam kontenporer sering melontarkan tuduhan kepada
al-Gazali yang pertama yang menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam
tulisannya “tahafutul falasifah”
(kerancuan Filsafat). Tulisan Al- Gazali dijawab oleh Ibnu Rusyd dengan tulisan
“tahfutu tahafut” (kerancuan di atas
kerancuan).
Ini merupakan awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat di dunia islam.
Sejalan dengan perdebatan dikalangan filosuf muslim juga terjadi perdebatan
diantara fuqaha (ahli fiqih) dengan
para ahli teologi (ahli ilmu kalam).
Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis antara agama
dengan ilmu dan urusan dunia dengan akhirat. Titik kulminasinya adalah ketika
para ulama sudah mendekat kepada para penguasa pemerintah, sehingga fatwa-fatwa
mereka tidak lagi diikuti oleh umatnya dan kondisi umat menjadi carut marut
kehilangan fitur pemimpin yang dicintai umatnya.
-
Pada masa
Modern (1800-sekarang)
Pada periode modern, umat Islam bangkit kembali, maka periode ini dikatakan
sebagai Masa Kebangkitan Islam, dan hal ini ditandai dengan adanya kesadaran
umat Islam terhadap kelemahan-kelemahannya, sehingga ada kehendak membangkitkan
kembali ilmu pengetahuan dan teknologi; maka kemudian lahirlah para tokoh
pembaharu dan para filosof Islam dari berbagai negara Islam di dunia ini (Tim Penulis
Ensiklopedi Islam, 1997: 258). Pembaharuan dalam Islam pada prinsipnya
merupakan usaha untuk memberi penafsiran kembali terhadap ajaran-ajaran Islam
yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi dan kondisi perkembangan zaman,
sebagai akibat timbulnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk
mengajak umat Islam melepaskan diri dari ikatan kejahiliyahan menuju kepada
perkembangan dan kemajuan.
C.
NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA
Nabi muhammad saw adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat bahwa beliau
adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan
dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal. Sedangkan
nilai-nilai islam itu bersifat universal. Maka sangat dimungkinkan apa yang
dicontoh oleh Nabi dalam hal Mu’amalah ada nuansa-nuansa budaya yang bisa di
aktualisasikan dalam kehidupan moderen dan disesuaikan dengan muatan. Contohnya
dalam berpakaian cara berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran islam sendiri
meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak bertentangan
nilai-nilai dasar islam, apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi
Muhammad saw, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya
arabnya adalah ajaran islam. Dakwah Islam ke Indonesia lengkap dengan seni dan
kebudayaannya, maka Islam tidak lepas dari budaya Arab. Pada awal berkembangnya
Islam diIndonesia, dirasakan demikian sulit
untuk mengantisipasi adanya perbedaan antara ajaran Islam dengan kebudayaan
Arab.
Tumbuh kembangnya Islam di Indonesia diolah
sedemikian rupa oleh para juru dakwah dengan melalui berbagai macam cara, baik
melalui bahasa maupun budaya seperti halnya dilakukan oleh para wali Allah di
Pulau Jawa. Para wali Allah tersebut dengan segala kehebatannya dapat menerapkan ajaran dengan melalui bahasa dan budaya
daerah setempat, sehingga masyarakat secara tidak sengaja dapat memperoleh
nilai-nilai Islam yang pada akhirnya dapat mengemas dan berubah menjadi ada
tistiadat di dalam hidup dan kehidupan sehari-hari dan secara langsung merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia, misalnya : setiap
diadakan upacara-upacara adat banyak menggunakan bahasa Arab (Al Qur’an), yang sudah secara langsung masuk ke dalam bahasa daerah dan
Indonesia, hal tersebut tidak disadari bahwa sebenarnya yang dilaksanakan
tidaklain adalah ajaran-ajaran Islam (Diskusi Kelompok Lokakarya MPK UGM,
2003:39).
Ajaran-ajaran Islam yang bersifat
komprehensif dan menyeluruh juga dapat disaksikan dalam hal melaksanakan hari
raya Idul Fitri 1 Syawal yang pada awalnya sebenarnya dirayakan secara bersama
dan serentak oleh seluruh umat Islam dimanapun mereka berada, namun yang
kemudian berkembang di Indonesia bahwa segenap lapisan masyarakat tanpa pandang
bulu dengan tidak memandang agama dan keyakinannya secara bersama-sama
mengadakan syawalan (halal bil halal) selama satu bulan penuh dalam
bulan syawal, hal inilah yang pada hakikatnya berasal dari nilai-nilai ajaran
Islam, yaitu mewujudkan ikatan tali persaudaraan di antara sesama handai tolan
dengan cara saling bersilaturahmi satu sama lain,
sehingga dapat terjalin suasana akrab dalam keluarga. Berkaitan dengan
nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia yang lain,juga dapat dikemukakan
yaitu sesuai dengan perkembangan zaman terutama ciri dan corak bangunan masjid
di Indonesia yang juga mengalami tumbuh kembang, baik terdiri dari
masjid-masjid tua maupun yang baru dibangun.
Dalam perkembangan budaya nasional, budaya daerah dijadikan sumber bagi
berkembangnya budaya nasional atau sebagai acuan bagi terciptanya budaya-budaya
baru.
Islam yang masuk dan mengambil porsi terbesar dalam jumlah penganut agama di Indonesia menggantikan Hindu-Buddha memiliki peran besar dalam perkembangan kebudayaan Indonesia. Islam pertama kali masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayaan daerah, yang masih dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat daerah. Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat menjadi penghubung bagi kebudayaan daerah yang sebagian besar masyarakatnya adalah muslim. Integrasi nilai-nilai Islam kedalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia ternyata tidak sekedar masuk pada aspek budaya semata tetapi sudah masuk ke wilayah hukum. Sebagai contoh dalam hukum keluarga (akhwalu syahsiyah) masalah waris, masalah penikahan, dan lain-lain. Mereka tidak sadar nilai-nilai islam masuk wilayah hukukm yang berlaku di Indonesia.
Islam yang masuk dan mengambil porsi terbesar dalam jumlah penganut agama di Indonesia menggantikan Hindu-Buddha memiliki peran besar dalam perkembangan kebudayaan Indonesia. Islam pertama kali masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayaan daerah, yang masih dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat daerah. Sementara itu dalam pengembangan budaya nasional, peran Islam dalam terbentuknya wawasan persatuan dan kesatuan bangsa telah dibuktikan dalam sejarah. Islam dapat menjadi penghubung bagi kebudayaan daerah yang sebagian besar masyarakatnya adalah muslim. Integrasi nilai-nilai Islam kedalam tatanan kehidupan bangsa Indonesia ternyata tidak sekedar masuk pada aspek budaya semata tetapi sudah masuk ke wilayah hukum. Sebagai contoh dalam hukum keluarga (akhwalu syahsiyah) masalah waris, masalah penikahan, dan lain-lain. Mereka tidak sadar nilai-nilai islam masuk wilayah hukukm yang berlaku di Indonesia.
D. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
Masjid pada umumnya dipahami oleh
masyrakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid berfungsi
lebih luas daripada sekedar tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum
bergeser dari fungsi utamanya yaitu tempat shalat. Akan tetapi perlu diingat
bahwa masjid di zaman Nabi berfungsi sebagai Pusat Peradaban. Nabi saw
menyucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al Quran dan Al-hikmah,
bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina
sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama dan ras, hingga
upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid. Masjid
dijadikan simbol persatuan. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan
masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan original sebagai pusat
peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas
bermunculan justru dari masjid.
Tetapi sangat disesalkan
karena masjid mengalami penyempitan fungsi karena adanya interfasi pihak-pihak
tertentu yang mempolitisi masjid sebagai alat untuk memperoleh dan
mempertahankan kekuasaan. Ruh peradaban yang syarat dengan misi ketuhanan
seolah-olah telah mati. Awal kematiannya bermula dari hilangnya tradisi
berpikir integral dan komperehensif menjadi berpikir sektoral dan sempit. Ruh
dan aktivitas pendidikan serta merta hengkang dari masjid. Masjid hanya
mengajari umat tentang belajar baca tulis Alquran tanpa pengembangan wawasan
dan pemikiran Islami dan tempat belajar umat tentang ilmu fikih ibadah bahkan
lebih sempit lagi yaitu ibadah praktis dari salah satu madzhab. Lebih parah
lagi masjid-masjid menjadi tempat belajar menghujat dan menyalahkan madzhab-madzhab
lain yang berbeda.
Dalam syariat islam masjid
memiliki dua fungsi utama yaitu : pertama, sebagai pusat ibadah ritual, dan
kedua, sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik sentralnya
bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat pembinaan umat.
E. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH
Pada masa ini islam mengalami
kemajuan yang pesat daripada pada zaman Khulafaur Rasyidin. Hal ini
sesuai dengan ajaran islam yang menyuruh para penganutnya untuk meningkatkan
kualitas diri ke arah yang lebih baik dan maju. Adapun kebudayaan yang menonjol
pada saat itu seperti qiraat, qasidah, seni ukir dan seni bangunan. Pada seni
ukir dan seni bangunan ini tampak dengan jelas pengaruh kebudayaan Persia dan
Romawi yang telah diwarnai oleh hal-hal bersifat islami. Di antara Sejarah
Kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masa Dinasti Bani Umayyah
adalah kesenian dan arsitektur.
Sejarah Kebudayaan Islam
- Kesenian
Wujud dari hasil ciptaan, pikiran dan perasaan manusia
yang memiliki nilai mutu dan mengandung nilai keindahan. Kesenian yang
berkembang pada masa dinasti Bani Umayyah adalah kasidah, qiraat dan
seni ukir. Seni kasidah ini sudah ada dari semenjak islam belum lahir. Kemudian
setelah islam lahir yaitu pada masa khulafaur rasyidin dan Bani Umayyah
seni kasidah lebih dikembangkan. Bait-bait sajak yang dinyanyikan dalam kasidah
berupa pujian kepada Allah SWT dan RasulNya, seruan bertakwa kepada Allah SWT.
Kesenian lainnya adalah qiraat, yaitu cara-cara mengucapkan
kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al-qur’an dengan baik, indah dan benar.
Pada masa dinasti Bani Umayyah lahir tujuh macam cara
membaca Al-qur’an yang disebut Qiraat Sab’ah, harus dijadikan sebagai
pedoman oleh umat islam dalam membaca Al-qur’an. Selain kasidah dan qiraat, seni
ukir mengalami perkembangan yang lebih maju. Motif ukiran yang menonjol
dan digunakan pada masa dinasti Bani Umayyah adalah khat (tulisan) Arab.
Banyak ayat Al-qur’an , hadist Nabi SAW, syair-syair yang bermutu dan kata-kata
mutiara yang diukir dengan indah di dinding mesjid, tembok istana dan gedung
megah. Bani Umayyah memiliki peninggalan ukiran yang indah yaitu ukiran yang
berpahat pada dinding tembok istana yang dibangun oleh Khalifah Walid bin Abdul
Malik, istananya bernama Qusair Amrah (istana mungil amrah).
- Arsitektur
Arsitektur pada masa dinasti Bani Umayyah adalah seni
bangunan sipil, seni bangunan agama dan seni bangunan militer. Yang termasuk bangunan
sipil seperti istana yang megah dan gedung milik pemerintah atau pribadi.
Sedangkan yang dimaksud bangunan agama adalah mesjid dan bangunan militer
adalah benteng. Gedung atau bangunan tersebut pada umumnya bergaya campuran antara
Romawi, Persia dan Arab yang kemudian diwarnai dengan warna islam.
Gedung-gedung tersebut telah tersebar di berbagai kota, seperti Damaskus
(ibukota Bani Umayyah), Kairawan (Afrika Utara) dan Kordoba ( Spanyol).
F. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA DINASTI
ABBASIYAH
Dalam Sejarah Kebudayaan Islam, dinasti
Abbasiyah mengalami kemajuan yang amat pesat. Hal ini dapat dilihat dari seni
pahat, seni ukir, seni sulam, seni lukis, seni suara, seni musik, seni tari,
seni bahasa dan arsitektur. Perkembangan Sejarah Kebudayaan Islam pada masa
dinasti Abbasiyah lebih maju dibandingkan dengan perkembangan pada masa dinasti
Bani Umayyah. Sebab-sebabnya antara lain :
- Dapat dilihat dari segi faktor internal, yaitu perintah dari ajaran islam terhadap para penganutnya agar melakukan usaha-usaha dalam bidang kebudayaan, sehingga hari ini lebih maju dari hari kemarin.
- Dapat dilihat dari segi faktor eksternal, yaitu adanya kestabilan dalam bidang politik, kemakmuran dalam bidang ekonomi, adanya partisipasi dari para khalifah dan pejabat negara dan adanya akulturasi antara kebudayaan islam dan kebudayaan yang terdapat di wilayah kekuasaan islam seperti Persia, Hindu dan Yunani.
Kemajuan Sejarah Kebudayaan Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah dapat dilihat dari berbagai bidang seni, yaitu antara lain :
- Seni bangunan
Pada masa dinasti Abbasiyah telah dilaksanakan
pembangunan kota-kota baru dan pembaharuan kota-kota lama dalam berbagai
wilayah. Kota-kota baru yang dibangun, seperti Bagdad dibangun oleh khalifah
Abu Ja’far Al-Mansur dan Samara dibangun oleh khalifah Al-Mu’tasim , yang
kemudian dijadikan ibukota negara yang sebelumnya kota Bagdad.
- Seni rupa
Bidang seni rupa yang mengalami perkembangan lebih
maju pada masa dinasti Abbasiyah adalah seni pahat, seni ukir, seni sulam dan
seni lukis.
- Seni suara, seni tari dan seni musik
Pada masa dinasti Abbasiyah seni suara, seni tari dan
seni musik juga mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan bermunculan
penyanyi-penyanyi terkenal, didirikannya sekolah sekolah musik dan
pabrik-pabrik yang memproduksi alat musik serta dipentaskan seni tari di
berbagai tempat.
- Seni bahasa
Kemajuan seni bahasa pada masa dinasti Abbasiyah
ditandai dengan lahirnya para penyair terkenal, banyaknya para pengarang novel
baik yang asli maupun terjemahan dan lahirnya seni drama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar